Surat Keluarga Juni 2019: Masa Liburan

Keluarga-keluarga Katolik yang terkasih, selamat berlibur untuk Anda dan anak- anak semua. Selamat berkumpul untuk membangun kebersamaan yang bermutu di antara Anda dan pasangan serta anak-anak Anda. Kebersamaan selalu menjadi impian terdalam semua orang, meskipun tidak semua berhasil mewujudkan atau bahkan menjadikannya kebiasaan baik. Kita semua baru bisa merasa paling bahagia bersama orang-orang terdekat di dalam keluarga.

Saat liburan adalah saat perjumpaan yang “intens”, ketika kita selama beberapa hari (atau minggu) bersama anak-anak dan pasangan dengan perhatian tak terbagi dan program-program yang dapat dinikmati bersama. Saat itu pertemuan menjadi saat membahagiakan yang membongkar batas-batas antara semua anggota keluarga. Saat liburan menjadi saat yang sangat manusiawi, ketika orang menampilkan dirinya apa adanya, berbicara tanpa dibatasi waktu, dan bertemu tanpa dibatasi kesibukan.

Semoga saat liburan itu Anda jalani dengan senang hati. Kegembiraan adalah perangkat terbaik untuk memberikan liburan dan hiburan bagi anak-anak yang beristirahat dari beban tanggung jawab sekolahnya. Kita tentu akan berusaha memberikan saat terindah, tersantai, menyenangkan, dan memberi mereka kekuatan baru untuk nanti memulai masa baru di bulan depan. Tetapi Anda tidak boleh hanya memberikan kegembiraan tanpa batas atau tanpa tujuan sama sekali.

Barangkali saat liburan menjadi saat Anda menjadi sungguh orangtua bagi anak- anak yang selama 24 jam bersama Anda. Saat Anda dengan pasangan juga menjadi saat paling indah untuk Anda menghabiskan waktu dengan romantisme dan kedekatan yang membawa senyuman manis. Sampai menjadi imam pun, saya tetap merindukan berjalan bersama keluarga, meskipun bagi saya tidak serba mudah mewujudkannya. Untuk Anda, semoga jauh lebih mudah karena dapat diatur sendiri waktu maupun tempatnya.

Ajaklah anak-anak untuk berinteraksi dengan Anda, orangtuanya, secara wajar. Buatlah mereka merasakan kasih yang mendalam dan tak terbatas dari ayah dan ibunya. Bicaralah dengan bahasa yang menggembirakan, tidak mengevaluasi terus, tetapi memberikan penguatan dan peneguhan atas hal-hal baik yang Anda alami bersama mereka. Interaksi terbaik tentu jika kalian dapat berbicara tanpa diganggu alat komunikasi, atau gadget. Bijaksanalah menangani ini bagi mereka. Bongkar kebiasaan bahwa saat liburan adalah saat tanpa batas menikmati gadget bagi anak-anak.

Amsal 22:6 “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”.

Meskipun santai dan gembira, Anda boleh sesekali menyapa mereka dengan bahasa cinta. Menyentuh, memuji, memberi hadiah kecil atau besar, bahkan melayani anak-anak dengan sungguh-sungguh. Suatu tindakan yang tidak biasa akan lebih terasa manfaatnya jika diberikan dengan sungguh hati dan cinta. Katakan pada anak-anak, sebenarnya Anda mau melakukannya lebih sering, tetapi pekerjaan sering tidak mengijinkan.

Dalam proses interaksi itu, ajaklah anak-anak untuk berproses bersama Anda. Ketika anak-anak melihat kebaikan dan perubahan sikap Anda yang lebih ramah dan penyayang, tidak berarti bahwa semua permintaan mereka harus dituruti. Anda harus tetap memegang kendali sebagai ayah dan ibu bagi mereka. Jika ada permintaan tambahan yang tidak terencana, Anda boleh mengatakan tunggu, atau tidak boleh, jika Anda melihat itu sebagai keharusan. Saat liburan jangan merusak proses pembentukan kepribadian anak, melainkan menjadikannya makin dewasa bersama orangtuanya.

Imamat 19:17 “Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia”.

Yang tidak boleh hilang adalah perasaan dekat dan dicintai. Apapun keputusan Anda selama berinteraksi, hal terbaik adalah menyatakan bahwa Anda selalu mengasihi dan mencintai anak-anak secara tulus. Jika Anda terpaksa mengatakan “tidak”atau “jangan sekarang”, tidak berarti Anda tidak menyayangi mereka, melainkan mengajak mereka mempertimbangkan suatu kenyataan di dunia ini, bahwa tidak semua hal yang diinginkan harus terjadi. Jika yang diinginkan baik, cocok, dan perlu dipenuhi, permintaan akan diluluskan sesuai kemampuan orangtua.

Bersama pasangan, Anda juga perlu membangun kesatuan dalam hidup rumah tangga selama masa liburan. Tentu ini bukan masa bulan madu, karena kalian akan selalu bersama anak-anak, tetapi justru bersama anak-anak, Anda langsung dapat memberi kesaksian bahwa Anda berada dalam situasi yang baik dan diberkati. Situasi ini akan menambah perasaan syukur dan bahagia pada seluruh keluarga. Jika hubungan kepasutrian Anda dipelihara, maka saat liburan justru menampakkan kekompakan dan kecintaan Anda bersama pasangan bagi keluarga.

Saat liburan juga saat Tuhan. Tuhan hadir selama Anda berinteraksi, bergembira dan menikmati kebersamaan. Jangan mengabaikan waktu rohani. Jangan lupa berdoa dan ke Gereja tiap hari Minggu. Liburan menjadi lebih bermutu jika kita tidak melupakan Tuhan dalam masa itu. Kita dan Tuhan adalah kerjasama terbaik. Maka, jika orang bergembira dan menyatukannya Dengan Tuhan, dia akan sempurna mengalami kebahagiaan dalam keluarganya.

Renungkanlah ayat ini, dari 2 Timotius 1:9 yang mengatakan, “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman”

Salam dan doa saya,

Rm. Alexander Erwin Santoso MSF

Poin-poin untuk direnungkan:

• Memberikan liburan yang edukatif.

• Saat penting membangun kesatuan dan kedekatan.

• Melihat dari dekat siapa anak-anak kita.

• Menghadirkan Tuhan di saat bersama orang tercinta.

Surat Keluarga Maret 2019

Berganti hari belum tentu berganti hati
Sebab semua tenggelam dalam karya mulia
Mana yang lebih mulia: hati atau karya?
Barangkali keduanya punya makna
Prapaskah mengingatkan kita
Untuk melihat hati nurani
Tempat kebenaran dinyatakan dengan jujur
Dan dosa dirayu untuk ditinggalkan
Tidak makan dan berhenti senang
Adalah satu cara untuk bersentuhan
Dengan Allah yang menghargai perjuangan
Perjuanganku dan perjuanganmu sesamaku
Mari mengambil hati Tuhan untuk meraja
Di dalam kehidupan yang nyata
Selama kebenaran tak beranjak tidur
Ia akan berjumpa dengan Pemilik Kehidupan Mulia

Selamat memasuki masa Prapaskah. Masa penuh hikmat bagi orang yang percaya kepada Yesus Sang Mesias. Masa prapaskah mengajak kita melihat kembali siapa diri kita sebenarnya sebagai ciptaan yang diselamatkan berkat kasih setia-Nya yang kekal. Kepercayaan akan Allah yang baik memampukan kita mengalami prapaskah secara mendalam.

Keluarga-keluarga Katolik terkasih, menangani pastoral keluarga adalah kegembiraan saya sebagai imam Misionaris Keluarga Kudus (MSF). Saya melihat banyak keluarga membutuhkan uluran perhatian saya dan para imam pada umumnya. Keluarga memang vital dan mendasar untuk diperhatikan. Meskipun sebenarnya pokok pemikiran saya adalah bagaimana setiap keluarga dapat menggenggam pertobatan sebagai langkah maju hidup dalam keluarganya masing-masing.

Pertobatan dari suatu perselingkuhan, adalah hal yang penting. Perselingkuhan, meskipun banyak dilakukan, adalah hal yang kotor dan sangat diharamkan dalam Gereja. Sering sikap diam para imam dan saudara-saudari seiman membuat dosa ini menjadi mekar tanpa bisa dihentikan. Seolah-olah orang sedang membuat budaya berselingkuh sebagai hal biasa yang boleh saja dilakukan karena semua orang punya kebutuhan biologis. Di mana letak kesetiaan? Di mana letak pengendalian diri? Apalagi kalau kita bertanya letak cinta?

Kesabaran di kalangan orangtua telah kabur oleh ambisi menjadikan anak-anak menjadi orang-orang super, “pinter”, anak global, dan menampakkan prestise berkelas yang membanggakan orangtuanya. Apakah Anda lupa bahwa pendidikan sepenuhnya ada di tangan orangtua? Saya percaya, sebagai orangtua, Anda sebagai bapak dan ibu mempunyai peran tak tergantikan. Kesabaran yang berlebihan, ketidaksabaran yang parah, fasilitas yang tak terbatas, kadang melumpuhkan daya juang anak dan kesadaran mereka menghadapi dunia nyata yang kenyataannya penuh perjuangan.

Masalah keuangan sering menjadi pemicu pertengkaran dan akhirnya keputusan pisah menjadi jalan “paling bijaksana” yang ditempuh karena sudah hilang harapan untuk menyelesaikannya. Cinta berubah menjadi benci. Pelayanan dan keramahan pasangan pun bisa menjadi keganjilan yang merubah kesatuan menjadi individualime dalam keluarga. Kita seperti orang yang salah mendapat karunia kemakmuran, karena semakin makmur, semakin banyak masalah datang melanda.

Mengapakah orang-orang muda berkurang imannya kepada Allah? Mengapa berbicara tentang Allah jadi sebuah kisah masa lalu yang kurang berguna karena dianggap fiksi dan bahkan candu bagi orang-orang yang merasa cerdik cendekia? Kepercayaan kepada kemampuan diri sendiri membuat keluarga dibangun dari orang-orang yang rasional dan cerdas akal, tetapi tertidur mata imannya. Sampai saat ini, “Iman adalah melihat segala sesuatu yang tidak kelihatan. Ibrani 11:1 mengatakan, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”

Jangan mudah memutuskan perceraian. Jangan mudah memukul, jangan mengabaikan keluarga dengan kesibukan dan gadget. Buatlah segala sesuatu menyenangkan hati orang-orang penting di dalam keluarga kita. Perhatian kita sepenuhnya adalah untuk mereka, bukan orang lain. Lakukan dengan tekun dan tanpa bersungut-sungut. Roma 2:4 mengatakan, “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” 

Dasar segala perjuangan kita adalah pemeliharaan Tuhan. Kita adalah ciptaan yang diselamatkan. Jangan mau dibawa kepada dosa lagi. Pertobatan menjadi jawaban kita atas kasih Allah yang mengulurkan tangan membantu kita menemukan Surga sederhana di dunia ini dalam bentuk mulia: keluarga.

 Selamat memasuki masa Prapaskah
 Rm. Alexander Erwin Santoso MSF


Selamat memasuki masa Prapaskah
Rm. Alexander Erwin Santoso MSF

Surat Keluarga Februari 2019

“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”(Mat.19:6)


Mengasihi itu tidak pernah berpura-pura

Sebab keluarga bukanlah sandiwara

Yang sedang dimainkan

Oleh orang-orang yang berjanji setia


Keluarga Katolik yang terkasih, Februari selalu menjadi bulan keluarga bagi kita semua. Ada acara Valentine’s day, ada acara Imlek, yang semuanya mempunyai tema sama: keluarga sebagai tempat persemaian kasih. Membayangkan valentine’s day selalu dengan nostalgia percintaan dan kasih-kasihan yang menentramkan mimpi. Tetapi perjuangan pada saat berkeluarga adalah tantangan yang tak akan pernah berhenti dibahas.
Selamat Hari Raya Imlek untuk Anda yang merayakan dan selamat Hari Kasih Sayang untuk kita semua! Saya merasa senang menyapa Anda dengan berita kasih, karena di sana saya membagikan apa yang selalu menjadi impian saya bagi seluruh keluarga di Keuskupan Agung Jakarta ini. Rukun dan saling mencintai di dalam keluarga adalah mimpi yang bisa diwujudkan.
Kadang saya berpikir bahwa kesetiaan pada satu orang itu suatu bakat. Saya benar-benar bertanya, mengapa orang sulit untuk setia kepada pasangannya, sedangkan yang lain bisa setia sampai di usia perkawinan yang sangat panjang? Apakah ada orang-orang tertentu yang tidak berbakat menikah dan artinya dia tidak cocok menikah dengan seorang saja di dunia ini? Saya ikut bahagia menyaksikan mereka yang bisa setia kendati hidup tidak selalu mudah dilalui berdua.
Keluarga-keluarga Katolik terkasih, Gereja tidak pernah salah membuat peraturan dan hukum yang menjabarkan bagaimana kasih harus dilakukan. Gereja ingin kasih itu tampak jelas melalui kesetiaan. Orang yang kita pilih adalah manusia biasa, tidak pernah sempurna. Kalau kita menjalankan hukum kasih dengan sadar dan tulus, maka kekuatan untuk setia dan tidak terbagi lebih mudah dilakukan.
Hanya memang kebanyakan pasangan tidak selalu dapat menjalankan prinsip-prinsip hidup bersama dengan damai sejahtera. Mereka sering tidak mengerti bagaimana menjalani hidup berdua dengan saling mencintai, pengertian tak terbatas, pengampunan tak terbatas, penguasaan diri tak terbatas, penerimaan tak terbatas, dengan kelembutan, kemurahan hati, kebaikan, dan kemauan untuk terus melakukan komunikasi satu sama lain. Sebenarnya, ketidakmengertian itu tidak harus menjadi halangan.
Mengikuti retret dan rekoleksi bagi pasangan katolik belum menjadi habit. Pasangan banyak yang lebih memilih menjalani nasib sebagai orang yang awam, tak punya pengetahuan hidup bersama dan komunikasi yang sepadan dan penuh kasih. Mereka lebih suka disembuhkan oleh waktu, sementara waktu itu sulit datang karena satu sama lain kurang terbuka dan keras hati. Masalah jadi berlanjut menjadi kekeringan. Seandainya mereka tahu bahwa masalah tidak harus terjadi jika mereka mendapat kesempatan untuk mendapatkan inspirasi, tentu mengasihi dan hidup bersama tidak lagi menjadi kesulitan yang memakan energi teramat banyak.
Banyak masalah telah dilalui oleh para ahli, diteliti, dicoba, diterapkan, dan akhirnya dirumuskan untuk menjadi pedoman sehari-hari. Semuanya itu bisa dilakukan dengan senang hati melalui latihan-latihan rohani dan ”latihan hidup” yang diajarkan dan diinspirasikan dalam rekoleksi atau retret. Tetapi siapa yang mau menekuni prosesnya? Masih banyakkah orang yang peduli pada perkawinannya? Masih maukah mereka menerima kiat-kiat dan bahkan usaha penyembuhan pada hidup perkawinan mereka?
Saya menghimbau agar Anda bersama pasangan, dan bahkan kalau perlu bersama anak-anak, menyediakan waktu untuk mengikuti rekoleksi atau retret atau seminar keluarga setahun minimal sekali. Keikutsertaan ini adalah sebuah investasi dan tindakan preventif sebelum masalah terjadi. Dalam program-program itu, Anda berdua akan memperoleh cara baru untuk mengatasi kesulitan bicara, memaafkan, memahami, menerima kekurangan, dan membangun intimitas yang seharusnya bagi pasangan menikah.
Mengapa Anda belum terbuka hatinya? Saya masih berpikir positif bahwa Anda sibuk. Saya ingin menerima suatu kenyataan bahwa Anda sangat kekurangan waktu dengan pekerjaan dan profesi Anda dalam hidup sehari-hari. Saya ingin mengerti bahwa untuk acara-acara seperti ini ada dana yang harus Anda sediakan. Tetapi saya juga ingin Anda jauh dari masalah yang membawa Anda pada budaya kematian, seperti perceraian, perpisahan, pemukulan, perselingkuhan, atau perawatan yang buruk pada pasangan dan anak-anak Anda. Sungguh Anda membutuhkan itu semua. Setiap tahun, sekurang-kurangnya, Anda berdua mengikuti rekoleksi atau retret bersama.

Hati saya sangat sedih melihat Anda berdua-dua, kadang sendirian juga, datang kepada saya maupun kepada para imam di paroki Anda untuk mendapatkan inspirasi ketika masalah sudah begitu sulit diperbaiki. Saya melihat banyak masalah bisa dipangkas, jika kita mempunyai waktu untuk belajar menangani keluarga kita. Sungguh, saya masih percaya bahwa ajaran Gereja adalah ajaran yang masuk akal dan benar: kita setia pada orang yang kita pilih untuk menjadi pasangan kita seumur hidup.
Keluarga-keluarga terkasih, semoga Anda tetap teringat akan perlunya menjaga cinta bagi Anda berdua. Anda tidak lupa menyertakan sentuhan, pelukan, belaian pada orang-orang terkasih Anda, kan? Anda juga masih suka memuji pasangan, kan? Anda masih memberi waktu berkualitas bagi pasangan dan anak-anak, kan? Anda juga masih suka memberi orang-orang tercinta hadiah, kan? Dan anda masih setia melayani keluarga tanpa keluhan dan kata-kata kesal, bukan? Jika ini Anda lakukan dengan disiplin dan penuh ketulusan, barangkali Anda sudah dapat melanjutkan relasi Anda dalam situasi rukun dan damai.
Selamat menjalani hidup berkeluarga! Jalanilah hidup yang baik, setia, tekun berdoa, dan mengusahakan hidup bersama yang saling membuat rasa nyaman. Tuhan tidak tidur melihat umat-Nya yang tekun berharapan baik. Tuhan melihat hati! (I Sam.16:7). Lanjutkan hidup keluarga Anda dengan tetap memegang iman: Allah memberkati dan melindungi keluarga Anda. Jangan takut, sebab janji Tuhan selalu digenapi dengan damai sejahtera.(Yos.23:14)

Rm. Alexander Erwin Santoso MSF

Surat Keluarga Juli 2018

Surat Keluarga Juli 2018

“IMAN MEMBUAT KITA TIDAK SALAH FOKUS”

Keluarga-keluarga Katolik yang terkasih, senang sekali bisa menjumpai Anda semua dalam situasi yang baik. Semoga liburan Anda bersama keluarga berjalan baik dan menyenangkan! Saya selalu ikut bergembira bersama keluarga yang dapat menikmati saat berkualitasnya bersama anak-anak dan pasangan. Semoga Tuhan selalu memberikan kesempatan kepada Anda sekeluarga untuk itu.