Keluarga Katolik yang terkasih, akhir-akhir ini saya bertemu dengan umat yang terjerat rasa putus asa. Ada yang berpikir akan bercerai; ada yang berpikir akan mengakhiri hidupnya; ada yang berhenti mencintai; ada pula yang merasa tidak punya pilihan lain kecuali berhenti mempertahankan iman yang baik. Saya merasa ikut prihatin dan sangat berharap pengalaman ini segera berkurang atau tidak ada sama sekali. Saya ingin mengajak Anda semua mengulurkan tangan dan saling menolong.

Mengapa mereka jatuh dalam keputusasaan? Mengapa mereka seperti layang-layang yang putus dan terbang tak bertuan? Sementara mereka berdoa, mereka merasa sia-sia berharap kepada Tuhan yang tak terjangkau oleh tangan dan seperti tak terjaga menghadapi persoalan mereka. Saya jadi berpikir tentang Gereja kita.. apakah Tuhan tidak sanggup lagi menolong kesulitan kita bersama? Atau kita yang kurang dekat dengan Gereja-Nya? Atau barangkali kita yang kurang dalam penghayatan iman Katolik?

Gereja dibangun dari landasan iman bersama. “di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Matius 18:20). Ayat ini meneguhkan kita bahwa kita mengimani iman yang sama dan percaya dalam Nama Tuhan Yesus Kristus yang sama. Tetapi Gereja serasa seperti lengah menjaga bangunan ini sementara “rayap-rayap” masa mengancam dan meruntuhkan bangunan kasih dalam keluarga beriman ini. Gereja sebagai bangunan terus dibangun, tetapi keluarga yang datang pergi kepadanya saling sedang memukul, melukai, membenci, dan meninggalkan pergi.

Mari melihat keluarga yang bermasalah dewasa ini, mulai dari suami isteri sampai pengasuhan anak-anak. Mengapa pasutri kurang dapat mempertahankan bangunan cinta yang menggambarkan hubungan Kristus dengan Gereja-Nya? Mengapakah, tampaknya, orang-orang Katolik pun tenggelam dalam kesulitan yang sama dengan orang-orang lain yang tidak seiman dalam menyelesaikan masalah rumah tangganya? Benarkah iman hanya menjadi semacam slogan yang mengisi semangat, tetapi tidak menyelamatkan hidup nyata?

Paulus mengatakan, “karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh” (Efesus 5:23). Jadi kepercayaan kepada Kristus seharusnya menyelamatkan tubuh kita sampai tuntas. Kepercayaan yang personal kepada Kristus itulah yang akan menyelamatkan kita dalam hidup sehari-hari. Barangkali masalah kita bukan pada masalah personal antar pribadi dalam rumah tangga saja, melainkan sebenarnya adalah masalah iman yang tergerus zaman yang penuh kemudahan ini.

Beriman kepada Tuhan Yesus berarti mengimani sejarah hidup-Nya. Kita mengimani melalui jalan permenungan pribadi. Artinya, setiap orang harus tahu bahwa Kristus hidup bukan dengan enak-enakan dan serba mudah. Ia percaya pada Bapa (iman) dan hidup dari iman itu untuk menghadapi setiap perjuangan yang dipilih-Nya. Ia memilih berjuang dan bertahan dalam menghadapi tantangan. Kristus bukan mencintai penderitaan, tetapi Ia tahu bahwa konsekuensi hidup-Nya dalah berjuang, mencintai, mengajar, menegur, berbicara, mendampingi, memberi contoh, dan memutuskan untuk menjadi sesama bagi orang-orang di sekitar-Nya. Bukankah ini suatu sejarah yang pantas kita kenang?

Tadi saya menyatakan bahwa Gereja seperti lemah menghadapi persoalan berat dalam hidup perkawinan, barangkali tidak demikian. Ini saatnya bagi kita untuk bergerak bersama. Banyak keluarga membutuhkan pertolongan dan perhatian kita semua. Jangan merasa nyaman dengan hidup kita sendiri. Mari menunjukkan perhatian pada keluarga lain, melalui kunjungan, sapaan persaudaraan, bersahabat, atau bahkan memberi nasihat iman. Para imam tidak mempunyai cukup waktu untuk menolong semua umat yang berjumlah ribuan itu. Anda sebagai sesama harus turut menjadi perpanjangan tangan Tuhan. Gereja bukan hanya imam-imam atau biarawan-biarawati, tetapi semua orang beriman.

Rayap-rayap keluarga selalu bisa datang sewaktu-waktu, tetapi warna-warni pengalaman itu jika dikumpulkan akan menjadi semacam “kumpulan kebijaksanaan kehidupan” yang saling mengingatkan, mencegah, memberi contoh, atau menjadi inspirasi bagi keluarga lain menghadapi perusakan relasi dalam hidup berkeluarga. Terbukti jelas bahwa kemudahan komunikasi elektronik dan kesejahteraan hidup tidak pernah menjamin sejahtera batin dan relasi dalam keluarga. Kita juga membutuhkan inspirasi dari banyak pihak dan pengetahuan kehidupan dari banyak pertemuan iman.

Di Keuskupan Agung kita tercinta ini, telah disediakan banyak sarana untuk membantu pelayanan pada keluarga. Saya bersama dengan banyak pemerhati keluarga telah menggiatkan banyak karya pelayanan dengan training atau pelatihan kepada pemerhati keluarga di tingkat paroki maupun lingkungan. Karya ini saya bangun bertahun-tahun karena mimpi saya adalah semua keluarga pernah mengalami pertolongan Tuhan dari Gerejanya. Betapa indahnya kalau kita saling membantu dan membesarkan hati, sehingga keluarga yang sedah bermasalah tidak merasa “sendirian atau ditinggalkan”.

Konselor-konselor banyak diwadahi di paroki-paroki kita. Para pemerhati telah diberi pengetahuan dasar perkawinan dan hidup berkeluarga. Pemerhati keluarga di lingkungan juga dikoordinir di paroki, dan dibekali, mulai dari konseling, menjadi orangtua / parenting, pendampingan remaja, pemdampingan pemuda pemudi berpacaran, pendampingan lansia, pendampingan calon menikah, katekese keluarga, sampai pendampingan berjenjang untuk pasutri di tingkat masing-masing. Semua sudah diusahakan.

Mari saya mengajak lagi kita semua saling menyayangi, memperhatikan dan menjadi saudara dalam karya pendampingan keluarga di Keuskupan kita tercinta ini. Jangan lelah dan jangan takut dengan tantangan. Masih banyak saudara-saudari seiman yang membutuhkan bantuan. Untuk Anda yang sedang bermasalah, jangan kuatir, kami selalu siap membantu. Para imam, Seksi Kerasulan keluarga paroki, sampai di tingkat lingkungan selalu bisa dihubungi untuk membantu pendampingan kita bersama. Selamat memasuki bulan Agustus, selamat merasakan kemerdekaan, dan menghidupi sebuah hidup yang menyenangkan dalam Gereja kita ini. Amin

Rm. Alexander Erwin Santoso MSF

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here